Manusia dan Kebudayaan
A. Pengertian Manusia
Secara
bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu.
Manusia
adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk
material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena
manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Manusia terdiri
atas 3 unsur yaitu:
- Jasmani.
Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah. - Ruh.
Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja. - Jiwa. (An
Nafsun/rasa dan perasaan).
Terdiri atas 3 unsur: - Syahwat/Lawwamah (darah hitam), dipengaruhi sifat Jin, sifatnya
adalah: Rakus, pemalas, Serakah, dll (kebendaan/materialis)-menjadi beban
masyarakat.
- Ghodob/Ammarah
( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat Iblis, Sifatnya adalah: Sombong,
Merusak, Angkara murka dll (Menentang)-Menjadi pengacau masyarakat.
- Natiqoh/Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat malaikat, Sifatnya
adalah: Bijaksana, Tenang, Berbudi luhur, Berachlak Tinggi dan Mulia-
Menciptakan kedamaian dan kasih sayang.
B. Pengertian Kebudayaan
Kata
kebudayaan berasal dari kata budh—> budhi—> budhaya dalam bahasa
sansekerta yang berarti akal, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil
pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan yang
berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani
dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure
jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar
manusia (supartono, 2001; Prasetya, 1998).
Berikut
merupakan unsur unsur dari kebudayaan :
Ø System religi (sistem kepercayaan)
Ø System organisasi kemasyarakatan
Ø System pengetahuan
Ø System mata pencaharian hidup dan system
system ekonomi
Ø System teknologi dan peralatan
Ø System bahasa
Ø System kesenian
C. Hubungan antara Manusia,
Masyarakat dan Kebudayaan
1.
Manusia dan Kebudayaan
Manusia selain sebagai makhluk
individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia
juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia
lahir, hidup dan berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Menurut
Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON
artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat.
Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut
makhluk sosial.
Terjadilah
hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana kepentingan tersebut satu sama lain
saling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan timbul
kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang
diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan - kepentingan tersebut agar
kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak
dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan hidup aman,
tentram, damai, adil dan makmur.
2. Masyarakat
dan Kebudayaan
Seringkali kita
mendengar perkataan-perkataan ataupun pernyataan tentang kebudayaan suatu
masyarakat, Pertanyaannya adalah bagaimana sebenarnya hubungan antara
kebudayaan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup
dalam suatu daerah tertentu dalam waktu yang telah cukup lama dan mempunyai
aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju kepada satu tujuan yang sama.
Sedangkan Manusia
adalah sumber kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat danau
besar dimana air dari sumber-sumber itu mengalir dan tertampung
didalamnya. Manusia mengambil air dari danau tersebut,jadi erat sekali
hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan. Masyarakat tersebutlah yang
menciptakan dan melestarikan kebudayaan dan Kebudayaan tak
mungkin timbul tanpa adanya masyarakat, dapat dari nenek moyang mereka
ataupun kebudayaan baru yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Demikian
pula eksistensi suatu masyarakat hanya dapat dijaga kelangsungannya dengan
adanya kebudayaan.
Masyarakat dan
kebudayaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan sendiri
berarti hasil karya manusia untuk melangsungkan ataupun melengkapi kebutuhan
hidupnya yang kemudian menjadi sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas dari
pada manusia ( masyarakat ) tersebut. Menurut Soerjono Soekanto masalah
sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi
bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan
sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah
sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah
sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial
dalam masyarakat
3.
Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan
Dalam
hal membahas tentang hubungan antara manusia, masyarakat, dan kebuayaan
ketiganya saling berhubungan satu sama lain . Masyarakat adalah suatu
organisasi manusia yang saling berhubungandengan kebudayaan. Mc Iver pakar
sosiologi politik pernah mengatakan:”Manusia adalah makhluk yang dijerat oleh
jaring – jaring yang dirajutnya sendiri”. Jaring – jaring itu adalah
kebudayaan. Mc Iver ingin mengatakan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang
diciptakan oleh masyarakat tetapi pada gilirannya merupakan suatu kekuatan
yang mengatur bahkan memaksa manusia untuk melakukan tindakan dengan “pola
tertentu”.
Kebudayaan bahkan
bukan hanya merupakan kekuatan dari luar diri manusia tetapi bisa tertanam
dalam kepribadian individu . Dengan demikian kebudayaan merupakan kekuatan
pembentuk pola sikap dan perilaku manusia dari luar dan dari dalam. Unsur
paling sentral dalam suatu kebudayaan adalah nilai – nilai yang merupakan suatu
konsepsi tentang apa yang benar atau salah (nilai moral), baik atau buruk
(nilai etika) serta indah atau jelek (nilai estetika). Dari sistem nilai inilah
kemudian tumbuh norma yang merupakan patokan atau rambu – rambu yang mengatur
perilaku manusia di dalam masyarakat.
Dari uraian tersebut
diatas jelas sekali bahwa kebudayaan merupakan unsur paling dasar (basic) dari
suatu masyarakat, sehingga sampai sekarang sebahagian sosiolog dan antropolog
masih menganut faham cultural determinism yaitu bahwa sikap, pola perilaku
manusia dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaannya. Lawrence Harrison
dalam bukunya “Culture Matters” menggambarkan bagaimana nilai – nilai
budaya mempengaruhi kemajuan maupun kemunduran manusia (Harrison, 2000).
C. Agama dan Kebudayaan
Agama
bermakna ketaatan dapat dijumpai pada ayat misalnya "laa ikraha fi
al-din" (tiada paksaaan dalam beragama) (Qs. Baqarah [2]:256) Agama
bermakna pembalasan dapat disaksikan pada ayat "malik yaum al-din"
(penguasa pada hari pembalasan." (Qs. Al-Fatiha [1]:4).
Adapun
makna khusus agama atau agama yang benar dan diterima (di sisi Allah) adalah
Islam. "Inna al-Din 'indaLlah al-Islam." Sesungguhnya agama yang
diterima di sisi Allah adalah Islam." (Qs. Ali Imran [3]:19)
Dalam
terminologi ilmu-ilmu Sosial disebutkan bahwa kebudayaan artinya ilmu dan adab,
tradisi dan kebiasaan, hal-hal yang diterima di setiap kaum dan bangsa, baik
itu ilmu, kebiasaan, adab dan tradisi – yang diterima dan diamalkan oleh
masing-masing anggota komunitas kaum tersebut. Dengan kata lain, kebudayaan
adalah sekumpulan ilmu, pengetahuan, seni, pemikiran dan keyakinan, moral,
aturan, adab dan kebiasaan.[7]
Sebagian
orang berpandangan bahwa di antara redaksi agama dan kebudayaan tidak terjalin
hubungan apa pun; karena kebudayaan merupakan warisan komunitas yang memiliki
sisi kebangsaan yang diperoleh atas proses menuju kesempurnaan secara natural
dan gradual masyarakat. Kondisi-kondisi natural dan demografis mempengaruhi
adanya perbedaan dalam kebudayaan. Dengan kata lain, apa yang diciptakan
masyarakat dalam pelbagai kondisi natural, geografis dan mungkin historis dan
dipersembahkan kepada manusia adalah kebudayaan. Akan tetapi agama bukan
warisan masyarakat atau komunitas dan agama-agama bukanlah produk yang dicipta
oleh manusia. Mengikut para teolog agama merupakan pranata Ilahi. Dengan asumsi
sedemikian dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara agama dan
kebudayaan, akan tetapi sejalan satu dengan yang lain.[8]
Sebagian
pemikir meyakini bahwa menolak hubungan antara pahaman agama dan kebudayaan
merupakan suatu hal pelik dilakukan. Apabila dalam agama dibahas masalah akhlak
dan akidah maka ruh kebudayaan juga demikian adanya. Jika adab dan kebiasaan
merupakan bagian dari kebudayaan maka syariat agama juga bertutur-kata tentang
adab dan kebiasaan.[9].
Akan
tetapi kebudayaan tidak satu karena perbedaan pelbagai kondisi dan situasi
geografis. Sebagian kebudayaan seperti tradisi mengubur hidup-hidup anak-anak
putri pada zaman jahiliyah. Pelbagai bid'ah dan khurafat yang merebak di tengah
masyarakat dan seiring dengan berlalunya waktu berubah menjadi sebuah
kebudayaan bagi masyarakat tersebut. Jelas bahwa kebudayaan semacam ini tidak
ada sama sekali sangkut pautnya dengan agama. Sebagian kebudayaan diterima oleh
agama dengan menggunakan metode jarh dan ta'dil dan pada kebanyakan perkara
agama menjadi peletak dasar berkembangnya sebuah kebudayaan.
Sumber :
1. http://sampuljati.blogspot.com/
2. http://spiritual.8m.com/keajaiban_manusia.htm
3.http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/beliefs_library/studies/meretas_hubungan_antara/001.html
Tanjidor adalah Salah satu kekayaan Budaya indonesia yang dimiliki secara khusus orang suku Betawi.Kesenian Tanjidor lahir pada saat penjajahan Belanda,sebelum perbudakan dihapuskan sekitar akhir abad 18.Tanjidor awalnya dimainkan oleh Budak-budak Belanda. Ketika Belanda berkuasa, para pejabatnya memiliki rumah yang tersebar di sekitar Batavia.Maka para budak juga turut di tugaskan di sana. Dalam waktu senggang nya, para budak tersebut sering memainkan sebuah music di dalam sebuah kelompok.Konon,salah seorang Gubernur Jenderal Belanda Valckenier menggabungkan rombongan 15 orang pemain alat musik tiup Belanda dengan pemain gamelan, pesuling Cina, dan penabuh tambur Turkiuntuk memeriahkan pesta.Karena biasa dimainkan oleh budak-budak,orkes demikian itu dahulu disebut Slaven-orkes.
Kesenian tanjidor ini sudah dimulai sejak abad ke-19.Istilah Tanjidor ini sendiri berasal dari bahasa Portugis,yaitu “Tanger” yang berarti memainkan alat musik.Kesenian tanjidor dipercaya banyak mendapatken pengaruh dari kebudayaan China dan berbagai negara di Eropa seperti Belanda dan Perancis. Alat-alat musik yang digunakan terdiri dari alat musik tiup seperti piston (cornet a piston), trombon, tenor, klarinet, bas, dilengkapi dengan alat musik pukul membran yang biasa disebut tambur atau genderang.Sering juga ditambah dengan alat musik gesek seperti tehyan,Kesenian tanjidor ini sering terlihat di acara pernikahan,untuk mengiringi pengantin (mengarak pengantin) atau dalam acara pawai daerah.Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.Menurut beberapa keterangan, orkes itu berasal dari orkes yang semula dibina dalarn lingkungan tuan-tuan tanah, seperti tuan tanah Citeureup, dekat Cibinong.
Lagu-lagu yang sering kali dibawakan dalam orkes tanjidor, menurut istilah setempat adalah “Batalion”, “Kramton” “Bananas”, “Delsi”, “Was Tak-tak”, “Cakranegara”, dan “Welmes”. Pada perkembangannya,kemudian orkes tanjido lebih banyak membawakan lagu-lagu rakyat Betawi seperti Surilang “Jali-jali dan sebagainya, serta lagu-lagu yang menurut istilah setempat dikenal dengan lagu-lagu Sunda gunung, seperti “Kangaji”, “Oncomlele” dan sebagainya.
Daerah penyebaran Tanjidor,selain di daerah pinggiran kota Jakarta, adalah di sekitar Depok, Cibinong, Citeureup, Cileungsi, Jonggol, Parung dalam wilayah Kabupaten Bogor, di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang.
Oleh masyarakat pendukungnya Tanjidor biasa digunakan untuk memeriahkan hajatan seperti pernikahan, khitanan dan sebagainya, atau pesta-pesta umum seperti untuk merayakan ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan. Sampai tahun lima puluhan rombongan-rombongan Tanjidor biasa mengadakan pertunjukan keliling, istilahnya “Ngamen”. Pertunjukan keliling demikian itu terutama dilakukan pada waktu pesta Tahun Baru, baik Masehi maupun Imlek.
Sesuai dengan perkembangan jaman dan selera masyarakat pendukungnya, Tanjidor dengan biasa pula membawakan lagu-lagu dangdut. Ada pula yang secara khusus membawakan lagu-lagu Sunda Pop yang dikenal dengan sebutan “Winingan tanji”.
Tanjidor, Saat ini
Pada zamannya, musik Tanjidor merupakan musik wajib yang ada disetiap pergelaran acara-acara rakyat di betawi.Tapi itu dulu, kini masa keemasan seniman tanjidor mulai suram karena tak ada generasi yang meneruskan.Sebenarnya sekarang ini masih ada beberapa grup musik tanjidor yang mencoba bertahan.Tetapi para seniman tanjidor itu kini terpinggirkan di kawasan Bekasi, Tangerang, dan Depok.
Sebenarnya tidak beda jauh dengan masa kejayaan dahulu,seniman tanjidor tetap bergantung pada adanya acara pergelaran rakyat,mereka mengandalkan panggilan pentas di beberapa acara saja.Tetapi untuk zaman sekarang ini,pergelaran kebudayaan sudah jarang sekali di adakan.Dengan begitu,musisi tanjidor saat ini lebih jarang melakukan pentas dari pada zaman dulu.Peralatan musik yang dulu menjadi senjata dalam memeriahkan orkes tanjidor,sekarang lebih banyak menjadi hiasan di sanggar-sanggar dan museum budaya.Walaupun terkadang seniman tanjidor berkumpul untuk memainkan alat musik yang sudah menua, setua umur mereka.Saat ini para musisi tanjidor usia lanjut harus berjuang sendiri dalam merawat dan memainkannya.Walaupun masih ada juga anak muda yang melestarikanya,tapi jumlahnya sangat terbatas.
Komentar
Posting Komentar